Kekecewaan begitu menguasai hatinya saat suatu hari kejadiaan naas itu mengantarkan ia ke panti jompo tersebut. Kekacauan rumah yang ditimbulkan menantunya dengan menyiram minyak tanah dan mengikatnya, namun karena saat itu anaknya pulang kerja maka sang menantu melepaskan ikatannya dan menuduhnya ingin membakar rumah mereka.
Meledaklah amarah sang anak durhaka yang tidak pernah mempercayai ayahnya sendiri. Puncaknya sang anak memasukkannya ke panti jompo yang jauh dari layak untuk menitipkan ayahnya dirawat oleh orang lain. Dan bahkan ia tidak diurus dengan layak, sepilu apa hatinya? saat ia harus dibuang oleh anak satu-satunya hanya karena ketidak percayaan sang anak kepada ayahnya. sungguh keterlaluan.
Pelupuk air mata memburam saat kakek menceritakan dengan amarah, titik air tidak segan mampir di wajah saat kesedihan begitu tergambar pada wajah kakek. pilu.
Bahkan kakek mengatakan tidak akan meninggal sampai melihat anaknya sendiri meninggal di depan matanya. Hal ini menggambarkan kekecewaannya begitu dalam terhadap anak semata wayangnya. padahal yang ia harapkan hanya sebentuk damai kasih sayang dari anaknya untuk dirinya yang sudah renta.
Dan air matanya menitik.
"aku hanya ingin damai dalam sisa waktuku"
Apa yang dapat kita lakukan untuk mereka? hanya mempersembahkan sebentuk perhatian, kehangatan kasih, dan sedikit waktu untuk memberikan penghiburan sehingga memanen rasa damai dalam nurani mereka di saat mereka telah renta. Menyayangi dan bersabar terhadap mereka seperti yang mereka lakukan kepada kita saat kita masih kecil.
Terakhir : jangan durhaka.
kerennnnnnnnnn jempolan...
BalasHapus